Florian Wirtz: Rekor Transfer vs. Performa yang Belum Sesuai di Liverpool
Daftar Isi

    Florian Wirtz: Rekor 116 Juta Pound yang Mengguncang Lini Tengah Liverpool

    Liverpool dikenal jago memburu talenta muda yang bisa langsung ngangkat performa tim. Tapi musim ini, proyek besar bernama Florian Wirtz justru bikin banyak fans garuk kepala. Datang dengan harga yang fantastis, yaitu £116 juta dari Bayer Leverkusen, pemain yang disebut-sebut sebagai “the next big thing” Jerman itu belum benar-benar nyetel di Anfield.

    Ekspektasinya tinggi, hype-nya gila, tapi hasilnya? Belum sesuai harapan. Dan kini, bahkan Arsène Wenger ikutan buka suara: “Liverpool menghancurkan struktur lini tengah mereka sendiri demi Wirtz.” Ouch.

    Ambisi Besar Liverpool dan Transfer yang Mengejutkan

    Musim panas 2025, Liverpool resmi menyalip Bayern Munich dalam perburuan tanda tangan Wirtz, sebuah langkah yang disebut-sebut sebagai power move terbesar di era Arne Slot.

    Berdasarkan laporan dari Liverpool FC dan beberapa media Inggris, total nilai transfer mencapai £116 juta termasuk bonus. Angka itu langsung memecahkan rekor klub. Arne Slot ingin menjadikan Wirtz sebagai pusat kreativitas baru setelah era Thiago dan Henderson berakhir.

    Di atas kertas, ini masuk akal. Wirtz mencatat 18 gol dan 19 assist di semua kompetisi untuk Leverkusen musim lalu — salah satu alasan utama klub itu menjuarai Bundesliga 2024/25. Tapi sepak bola Inggris bukan Jerman, dan Premier League punya cara unik untuk “menguji” pemain baru.

    Dari Playmaker ke Masalah Struktural

    Florian Wirtz: kesepakatan dengan Liverpool

    Sejak mendarat di Merseyside, Wirtz langsung minta satu hal: dia ingin bermain sebagai nomor 10 murni. Bukan winger, bukan false nine, alias hanyaingin berada di belakang striker utama.

    Masalahnya, posisi itu selama ini jadi wilayah perebutan antara Dominik Szoboszlai dan Alexis Mac Allister. Demi mengakomodasi Wirtz, Slot mengubah komposisi lini tengah yang sempat solid musim lalu. Szoboszlai digeser ke kanan, Mac Allister turun lebih dalam, dan hasilnya? Liverpool kehilangan keseimbangan yang selama ini jadi kekuatan mereka.

    Wenger menyoroti hal ini lewat beIN Sports:
    “Ketika Wirtz punya pilihan antara Bayern atau Liverpool, dia berkata: ‘Saya datang kalau bisa main sebagai nomor 10.’ Liverpool setuju, dan mereka akhirnya menghancurkan struktur lini tengah mereka sendiri.” Komentar tajam yang terdengar seperti nasihat bapak-bapak sepak bola, tapi sulit dibantah.

    Statistik yang Belum Bicara Banyak

    Sampai pekan ke-14 Premier League, Wirtz belum mencetak satu pun gol dan baru menorehkan tiga assist. Untuk pemain dengan banderol selangit, angka itu terasa… nyesek.

    Secara statistik, ia masih kesulitan menyesuaikan tempo tinggi Premier League. Menurut data ESPN, tingkat keberhasilan umpan progresif Wirtz hanya 72%, turun jauh dibanding 84% saat masih di Leverkusen. Sementara dari sisi pressing, ia belum mampu menandingi intensitas yang diinginkan Arne Slot.

    Namun, sebelum fans panik berlebihan, penting diingat: banyak pemain top juga butuh waktu adaptasi di Inggris. Lihat saja Kai Havertz atau Darwin Núñez yang awalnya dikira “flop”, sekarang malah mulai gacor.

    Slot Menemukan Jalan Tengah

    Florian Wirtz: harus cepat adaptasi dengan Liverpool

    Menariknya, tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Dalam kemenangan 2-0 atas Aston Villa, Slot menurunkan Wirtz di posisi kiri, posisi yang mirip seperti saat ia di Leverkusen di bawah Xabi Alonso. Hasilnya? Liverpool tampil lebih cair, Mac Allister kembali nyaman di deep role, dan Gravenberch mencetak gol pembuka.

    Di laga berikutnya melawan Real Madrid di Liga Champions, Wirtz lagi-lagi tampil dari sisi kiri. Walau tak mencetak gol, kontribusinya dalam build-up cukup vital sebelum Mac Allister mengunci kemenangan lewat sepakan jarak jauh di menit 78.

    Arne Slot sepertinya sadar: tim ini butuh Wirtz yang fleksibel, bukan Wirtz yang kaku pada satu posisi. Adaptasi ini bisa jadi titik balik yang baik buat sang pemain maupun Liverpool sendiri.

    Pelajaran dari Transfer Super Mahal

    Transfer Wirtz bukan sekadar soal uang, tapi soal filosofi. Liverpool ingin tetap muda, cepat, dan kreatif. Tapi terkadang, mengubah struktur demi satu pemain bisa bikin efek domino di seluruh sistem.

    Kalau diibaratkan, ini seperti mengganti mesin mobil balap dengan versi lebih baru, tapi lupa nyesuaiin transmisi dan remnya. Mobilnya mungkin kencang, tapi rawan oleng.

    Untuk Wirtz sendiri, ini jadi ujian karakter. Apakah dia bisa menyesuaikan diri dengan kecepatan Premier League, tekanan publik, dan ekspektasi fans? Kalau iya, Liverpool bisa dapatkan salah satu gelandang paling kreatif di Eropa untuk dekade berikutnya.

    Kesimpulan: Saatnya Wirtz Jadi Pemain Tim, Bukan Pusat Dunia

    Wirtz datang dengan status superstar muda. Tapi di Liverpool, tidak ada “pemain pusat dunia”. Slot menuntut semua bekerja kolektif.

    Jika ingin bertahan lama di Anfield, Wirtz harus membuktikan bahwa dia bukan hanya pemain berbakat, tapi juga pemain yang bisa menyesuaikan diri dengan visi tim. Karena kalau tidak, sejarah transfer Liverpool akan kembali mencatat satu nama mahal yang tak sesuai harapan.

    Namun di sisi lain, kalau adaptasi ini berhasil, apalagi kalau Wirtz bisa menemukan chemistry bersama Mac Allister dan Gravenberch, maka kita bisa bicara tentang salah satu trio lini tengah paling berbahaya di Eropa.

    Untuk sekarang, fans hanya bisa berharap: mungkin £116 juta itu bukan kesalahan, cuma investasi jangka panjang yang butuh sedikit waktu dan, yah, mungkin juga beberapa doa dari pembaca setia PlayKami Sports di seluruh dunia.

    Support PlayKami, Klik Share 👊