Daftar Isi ▾
Drama Roma vs Como: Gol Franca, Amarah Mancini, dan Panasnya Olimpico
Stadion Olimpico kembali menjadi saksi bahwa sepak bola Italia tidak pernah kehabisan cerita. AS Roma menang tipis 1-0 atas Como pada pekan lanjutan Serie A 2025/2026, tetapi laga ini menyajikan paket lengkap: gol krusial, kebangkitan mental tim, hingga drama panas yang melibatkan Gianluca Mancini. Kalau sepak bola itu hiburan, maka duel Roma vs Como jelas bukan tontonan setengah-setengah.
Bagi Roma, kemenangan ini bukan sekadar tambahan tiga poin. Ini adalah pernyataan bahwa mereka masih relevan dalam persaingan papan atas. Bagi Como, kekalahan ini terasa pahit karena datang di saat performa mereka sedang naik-turun. Dan bagi penonton netral? Ini laga yang bikin alis naik, bukan karena skor, tapi karena emosinya.
Roma Menang Tipis, Tekanan Terangkat
Roma tampil sedikit lebih dominan sepanjang laga dengan penguasaan bola mencapai 53 persen. Namun dominasi itu tidak serta-merta membuat mereka nyaman. Como datang dengan organisasi rapi dan disiplin tinggi, memaksa Roma bekerja ekstra keras untuk menciptakan peluang bersih.
Gol yang dinanti publik Olimpico akhirnya hadir pada menit ke-61. Wesley Franca muncul sebagai pembeda, memanfaatkan umpan terukur dari Matias Soule. Sentuhan akhirnya tenang, seolah mengatakan: “Tenang, ini kandang kita.” Skor 1-0 bertahan hingga peluit panjang, dan Roma pun bisa bernapas lega.
Gol ini terasa semakin penting karena Roma sebelumnya menelan dua kekalahan beruntun. Dalam sepak bola Italia, momentum itu segalanya. Sekali mental runtuh, papan klasemen bisa berubah jadi mimpi buruk. Untungnya, kali ini Roma memilih bangun, bukan tenggelam.
Wesley Franca, Pahlawan yang Datang Tepat Waktu
Nama Wesley Franca mungkin belum setenar bintang-bintang Serie A lainnya, tetapi malam itu ia menjadi tokoh utama. Golnya bukan sekadar penentu kemenangan, melainkan simbol efektivitas. Satu momen, satu eksekusi, tiga poin.
Di tengah tekanan publik Olimpico dan ketatnya pertahanan Como, Franca tampil dingin. Kalau ada istilah “datang, lihat, dan cetak gol”, maka laga ini bisa jadi contoh kecilnya. Fans Roma jelas berharap performasi seperti ini bukan cuma sekali lewat.
Klasemen Menghangat, Roma Tembus Empat Besar
Tambahan tiga poin membawa Roma naik ke peringkat empat klasemen sementara Serie A 2025/2026 dengan koleksi 30 poin. Jarak dengan puncak klasemen yang masih dikuasai Inter Milan kini hanya tiga angka. AC Milan pun terus mengintai di posisi kedua dengan selisih yang sangat tipis.
Persaingan papan atas musim ini terasa seperti lomba maraton, bukan sprint. Satu kekalahan bisa menjatuhkan, satu kemenangan bisa mengangkat. Roma tahu betul itu, dan kemenangan atas Como menjadi langkah kecil yang sangat berarti.
Buat penggemar yang ingin mengikuti dinamika Serie A, termasuk jadwal, statistik, dan laga-laga panas lainnya, semuanya bisa dipantau dengan lebih seru lewat Situs Resmi Playkami . Karena jujur saja, nonton bola tanpa update real-time itu rasanya seperti minum kopi tanpa gula.
Como dan Masalah Konsistensi
Di sisi lain, Como harus kembali menelan kenyataan pahit. Kekalahan ini menjadi yang kedua secara beruntun setelah sebelumnya tumbang dari Inter Milan. Pergantian pemain yang dilakukan Cesc Fabregas belum mampu mengubah jalannya pertandingan.
Como sebenarnya tidak tampil buruk. Mereka disiplin, sabar, dan cukup berani menekan. Namun di Serie A, satu kelengahan kecil bisa berujung fatal. Roma memanfaatkannya, dan Como pulang dengan tangan hampa.
Mancini Mengamuk: Sepak Bola, Emosi, dan Respek
Drama memuncak di menit-menit akhir ketika Gianluca Mancini terlibat ketegangan dengan Jacobo Ramon. Insiden ini terjadi jauh dari bola, membuat suasana Olimpico memanas seketika.
Mancini mengaku tidak terima dengan perlakuan pemain muda Como tersebut. Menurutnya, ada batas antara duel keras dan kurangnya rasa hormat. Dalam wawancara pasca laga, bek senior Roma itu bahkan menyindir keras etika pemain muda zaman sekarang.
“Kalau di usia saya dulu tidak hormat pada senior, mungkin sudah dapat tamparan di lorong stadion,” ujar Mancini. Pernyataan yang mungkin terdengar ekstrem, tapi mencerminkan kultur sepak bola Italia yang keras dan penuh hierarki.
Untungnya, situasi segera mereda setelah kedua tim dan pelatih berdiskusi. Tidak ada kartu tambahan, tidak ada drama lanjutan. Sepak bola modern memang lebih terkendali, meski emosinya tetap asli.
Roma, Momentum, dan Tantangan Berikutnya
Kemenangan ini menjadi suntikan moral penting bagi Roma jelang laga berat berikutnya. Konsistensi masih menjadi pekerjaan rumah utama. Satu kemenangan tidak cukup, tapi bisa menjadi fondasi.
Jika Roma ingin benar-benar bersaing di jalur Liga Champions, mereka harus menjaga fokus, mengontrol emosi, dan memaksimalkan momentum. Karena di Serie A, bukan hanya kualitas yang menentukan, tetapi juga kepala dingin.
Musim masih panjang, drama masih akan datang, dan papan klasemen masih bisa berubah. Yang jelas, malam di Olimpico ini kembali membuktikan satu hal: sepak bola Italia selalu punya cerita, bahkan ketika skor hanya 1-0.
Ikuti terus cerita-cerita panas Serie A, jadwal pertandingan, dan laga-laga seru lainnya hanya di Playkami Official Website . Dan jangan lupa, kalau artikelnya bikin senyum atau emosi naik dikit, tombol share di bawah itu tidak menggigit.